11 November 2008

Sulaiman Sinaga : Dari Tigaras Meretas Impian

Ditulis Tigor Munthe

Sosoknya sederhana namun energik. Selalu tampil komunikatif dalam menghadapi siapa saja yang menjadi teman bicara atau diskusi. Perjalanan karirnya di dunia politik dan dunia usaha telah mengajarkannya banyak hal dalam berkomunikasi, baik komunikasi politik ataupun komunikasi bisnis yang sejak lama sudah digelutinya. Itu sebabnya, kalau diajak diskusi, selain menguasai materi juga pasti akan menularkan hal baru. Isi argumentasinya kerap penuh kejutan dan sentakan. Menawarkan solusi merupakan kata kuncinya, setiap kali ada sebuah isu krusial yang tengah diperdebatkan. Dan itu merupakan garam penyedap ala khasnya. Tidak monoton dan sarat ledakan.

Pria kelahiran Kota Siantar 55 tahun silam itu, sekilas terkesan garang. Perawakannya yang sedikit bongsor menyiratkan energi besar. Energi yang kelak digelontorkan untuk memperjuangkan aspirasi rakyat di ranah politik. Suaranya besar dan keras, pula mencirikan tekadnya sebagai putra Tigaras, putra Simalungun yang komit dan keras hati unuk menegakkan cita-cita perjuangan.

Mengawali karir politik di Golkar Kota Siantar, pria pemilik tiga radio swasta terkenal di Sumatera Utara ini, terbilang cukup disegani. Masuk dalam jajaran Golkar Siantar bukanlah perkara gampang dan mudah. Diposting dalam jajaran elit sudah barang tentu kualitas dan kemapanan seseorang sangat dipersyaratkan. Setidaknya hal itu bisa diukur dari pengalaman organisasi yang sudah dimasuki. Modal dasar itu kemudian menjadi pemicu-pemicu lanjutan atas eksistensi-nya sebagai politisi yang dihormati dan didengar para kader Golkar dan politisi lainnya di Kota Siantar.

Loyalitas dan dedikasi yang tinggi serta dibarengi rasa cinta besar terhadap partai yang memberinya banyak pelajaran politik dan menmperjuangkan aspirasi masyarakat itu, sangat teruji. Karena tidak sedikit partai baru yang tumbuh menawari dirinya. Tetapi semua itu ditolak.

Hal itu kemudian berbuah, ketika periode 1999-2004 silam, sosok ini duduk menjadi anggota legislatif. Karakter politiknya yang memang berciri keras dan tidak kenal kompromi dengan penyimpangan, membuatnya dikenal vokal ketika menjadi wakil rakyat. Persoalan–persoalan menyangkut kepentingan maasyarakat luas dibantu dan diperjuangkan.

Konsern dan empati yang tinggi, sejatinya sudah lama tertanam. Dan itu menjadi modal kuat dalam bergerak di ranah politik yang sarat dengan kepentingan dan vested. Peristiwa kebakaran Pasar Dwikora Parluasan pada tahun 2000 silam, membuktikan bagaimana sosoknya sangat cepat menangkap sinyal kegelisahan orang-orang di sekitarnya. Dengan sigap dia mengambil peran sebagai ketua, berupaya mengkoordinir bantuan moril dan materil pemulihan bagi ribuan pedagang yang tertimpa musibah kebakaran.

Politik Pemulihan Rakyat

Pemulihan ketika itu tidak berhenti pada penyembuhan temporer, tetapi berkelanjutan sampai memberikan penguatan hingga pulihnya kondisi pedagang dan Pasar Dwikora secara fisik dan ekonomi. Posisi tawarnya yang kuat dan dekat dengan rakyat, kemudian menjadi aset energi dalam membangkitkan mata fokus dan perhatian pemerintah ketika itu, yang dipaksa untuk cepat dan tepat menyelamatkan pedagang dan Pasar Dwikora. Dan dalam waktu dua tahun, salah satu pasar tradisional terbesar itu benar-benar pulih sedia kala.

Benar, konsep pemulihan itu setidaknya menjadi sejarah, ilmu atau pola yang kelak digunakan untuk ‘memulihkan’ rakyat. Siapapun tahu, rakyat kekinian belum sembuh. Masih menjalani proses transisi pasca runtuhnya rezim orde baru. Rezim yang menyisakan busa-busa pembangunan. Rezim yang disebut mengukir sederetan prestasi ekonomi dan pembangunan, tetapi keropos karena ternyata itu cuma kulit luar. Sejatinya rakyat masih miskin, sangat miskin bahkan.

Itu makanya, sosok ini berani mendeklarasikan diri masuk dalam kancah politik. Dia sadar, hanya ranah politik yang bisa menjadi instrumen baginya untuk menjawab skema pemulihan rakyat. Politik ternyata menawarkan konsep yang komprehensif, tidak terbatas dan mampu menjangkau aspek-aspek kehidupan lain, termasuk dunia bisnis yang selama ini menjadi akar dan basis keluarga.

Bisnis angkutan yang dirajut keluarga melalui Fa. Laut Tawar, merupakan sebuah jati diri sekaligus analogi politik sederhana. Pergerakan hidup yang dinamis tak ubahnya roda kendaraan, selalu mendatangkan gairah perubahan. Dimana kemudian semangat perputaran roda itu mengilhami dirinya.

Meretas pemulihan rakyat itu, diawali dengan memasuki bahkan mewarnai sederatan organisasi. Komunitas yang dibangun kemudian menjadi sarana ampuh mengasah simpati dan empati terhadap orang lain. Organisasi merupakan rumah pengglembengan diri sebelum menerjunkan diri dalam ranah politik yang sesungguhnya.

Maka tidak heran, melihat rumah politiknya selama ini yakni Partai Golkar dikendalikan elit yang tidak lagi sehaluan dalam konteks urusan rakyat, dia memastikan keluar dan itu ditunjukkan dengan sikap tegas untuk keluar dari legislatif yang dinilainya sudah dikotori dengan kepentingan sesat dan sesaat dari elit tertentu. Baginya, lebih baik berhenti dari aktifitas politik, ketimbang harus melacurkan diri dengan para oportunis yang tidak memiliki konsep pemulihan rakyat.

Di masa vakum, sempat ada godaan-godaan partai baru, sosok ini tidak bergeming. Namun kecintaannya kepada partai berlatar kuning itu, akhirnya sedikit luruh, ketika Pemilu 2004 lalu sempat mencoba menyalurkan kegelisahannya melalui salah satu partai pecahan Golkar, namun tetap hal itu tetap tidak bisa menghantarnya ke rumah rakyat.

Proses pencarian rumah organisasi yang kelak menjadi rumah pemulihan rakyat terus dilakukan. Pilihan politisi tampaknya lebih menonjol, kendati pilihan bisnis tidak pernah berhenti. Meski bisnis radionya Citra Anak Siantar (CAS) Group terus berkibar yang terlihat melaluiperluasan jenis usaha, yakni tidak hanya berkutat dalam segmen komunikasi, tetapi sudah merambah pasar entertainment berupa pendirian Event Organizer (EO) serta berupa penyedia jasa kontraktor, tetapi hari-hari sosok ini lebih kentara dengan ranah politik.

Fakta kasat mata, salah satu segmen acara di radio miliknya, sengaja memberikan ruang diskusi rutin menyangkut ihwal isu kerakyatan, pemerintahan, politik, hukum, sosial budaya dan lain sebagainya. Tema sentralnya adalah konsep pemberian ruang aspirasi rakyat untuk bersinggungan secara elegan. Selain itu, rubrik yang diberi KUPAS itu adalah sarana politik rakyat. Politik yang jernih tanpa intevensi elit atau pemangku kepentingan, karena memang dia dirajik dengan segaja menghadirkan pembicara dari kalangan jurnalis yang berkelas. Bahkan dalam ruang dan rubrik itu, secara khusus ada diskusi yang mengupas habis soal-soal Pemilu dan wara-wirinya.

Pergulatan dan pergelutan dunia politiknya akhirnya kemudian berlabuh di partai yang saat ini dihuni Persiden Susilo Bambang Yudoyono. Putusan untuk mengkayuh perjuangan lewat pintu partai yang sudah masuk dalam jajaran electoral treshold pada Pemilu 2004 itu, sesungguhnya bukan putusan anyar. Sejak awal, partai berlambang bintang lima itu sudah lama mengincar dan mengendus sosoknya. Itu makanya, begitu tawaran untuk masuk dalam kepengurusan di Kabupaten Simalungun, namanya masuk dalam jajaran elit yakni sebagai Wakil Ketua DPC Bidang Organisasi, Keanggotaan dan Kaderisasi Partai Demokrat Kabupaten Simalungun periode 2005-2010.

Menggagas Pemekaran Simalungun

Sadar bila proses pensejahteraan rakyat terutama Kabupaten Simalungun dengan jumlah penduduk mencapai 800 ribu jiwa yang tersebar di hampir 31 kecamatan memerlukan satu upaya yang cukup keras, sosok ini kemudian membangun sebuah wacana kencang adanya pemekaran wilayah.

Wacana itu dilayangkan, mengingat selain wilayah kabupaten yang sangat luas, juga merujuk taraf kehidupan rakyat di Kabupaten Simalungun tidak mengalami perkembangan signifikan dalam beberapa kepemimpinan kepala daerah.

Wacana itu lalu bergulir deras menjadi aksi. Dengan menggalang kekuatan media yang ada di wilayah ini, melalui Koalisi Media Untuk Pemekaran Kabupaten Simalungun, CAS Gorup sebagai fasilitator dan sosok ini sebagai motor mendorong pemekaran Kabupaten Simalungun pada Tahun 2007 secara gencar. Gerakan pemekaran sebelumnya sudah dimainkan Panitia Pemrakarsa Pemekaran Kabupaten Simalungun yang dikoordinir oleh tokoh Simalungun Leo Djamariah Damanik pada tahun 2001. Tapi terkesan mati suri, mati muda.

Sebelum upaya itu benar-benar mati dan dikubur, sosok ini bersama tokoh Simalungun lainnya, Marim Purba, Sarmedi Purba, Iskandar Sinaga dan sederetan jurnalis handal Siantar Simalungun mendukung gerakan penderasan pemekaran.

Kendati upaya itu sejauh ini belum membuahkan hasil, namun berkat gerakan dan manuver di tengah derasnya penolakan yang justru datang dari sebagian warga Kabupaten Simalungun, setidaknya upaya pemekaran Kabupaten Simalungun sudah berada di tangan DPR RI. Tinggal lagi bagaimana legislator periode mendatang bisa mengegolkan itu.

Tak heran, dalam jargon politiknya menyongsong Pemilu 2009, sosok ini menjual isu pemekaran Kabupaten Simalungun. Baginya, agenda ini adalah milik rakyat dan impian rakyat. Impian guna mendekatkan sejahtera dan makmur untuk rakyat, melalui kehadiran pemerintah yang dekat dan memiliki kepedulian memulihkan rakyat.


Tidak ada komentar: