08 November 2008

Nafas Politik Taufik Kiemas

Oleh Indra Jaya Piliang, Analis Politik dan Perubahan Sosial CSIS, Jakarta

Dalam setahun terakhir ini, PDIP menjadi partai yang meraih posisi puncak dalam setiap survei yang diadakan oleh Lembaga Survei Indonesia, Indo Barometer dan lembaga lain. Kemampuan PDIP mempertahankan popularit. asnya itu tidak terlepas dari strategi yang diambil untuk menjadi partai oposisi di tingkat nasional. Pasca-kenaikan BBM, Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri menyalip Presiden Soesilo Bambang Yudhoyono sebagai calon presiden pilihan. Kekecewaan kepada SBY menyebabkan pemilih mengalihkan suara ke Megawati Dari sejumlah pilkada, PDIP juga mampu memenangkan calon-calon yang diusung, terutama pada level gubernur dan wakil gubernur. Terlihat sekali PDIP telah mempersiapkan diri dengan baik guna menjalankan roda pemerintahan, setelah pada periode 1999-2004 terkepung dengan kue kekuasaan yang membesar, namun tidak memiliki sumberdaya manusia yang tangguh. Bisa dikatakan PDIP dalam periode 2004-2009 melakukan strategi “daerah mengepung pusat” dengan cara memenangkan pilkada demi pilkada, sembari menebar sumberdaya manusia yang baik di level bupati, walikota dan gubernur. Lalu, darimana kekuatan PDIP itu? Maghnet kekuasaan PDIP masih terletak pada pilar Soekarnoisme, termasuk juga anak-anak Soekarno. Namun, maghnet itu bisa bermakna lain, kalau tidak dikendalikan dengan telaten. Dari sinilah muncul nama Taufik Kiemas, suami Megawati Soekarnoputri dan sekaligus menantu Soekarno. Taufik yang sejak muda adalah pengagum dan pembela Soekarno ini telah melewati usia matang, yakni 64 tahun. Dalam usia itu, ia sudah melewati zaman-zaman keemasan Soekarno, ketertindasan Soekarno, sampai kepada kebangkitan kembali trah Soekarnoisme.

Tidak ada komentar: